Dimasa Pandemi, Ini 7 Dampak yang Berisiko Dihadapi Anak-anak

https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019

PrimaDaily – Di masa pandemi COVID-19 ada dampak yang berisiko dihadapi oleh anak-anak. Risiko ini muncul akibat situasi serba tak pasti dan berbagai perubahan yang terjadi akibat pandemi.

Berikut tujuh dampak yang berisiko dihadapi anak-anak.

1. Hilangnya mata pencaharian orang tua

Penurunan pendapatan akibat pandemi sehingga sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, ada yang kehilangan pekerjaan. Hal ini lah yang berdampak dihadapi anak-anak.

2. Sulit mengakses layanan kesehatan dasar

Dampak ekonomi di tingkat rumah tangga sangat memengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar anak, mulai dari makanan hingga layanan kesehatan.

Tak hanya itu, pos pelayanan terpadu (posyandu), yang seharusnya menjadi fasilitas layanan kesehatan dasar anak, juga tidak beroperasi. Saat ini, lanjut Save the Children, masyarakat dianjurkan untuk tidak mendatangi fasilitas kesehatan bila tidak dalam kondisi darurat. Kondisi ini jelas berdampak pada menurunnya cakupan imunisasi anak.

Cakupan imunisasi diprediksi menurun hingga 30 persen akibat pandemi. Akibatnya, 10 juta anak berpotensi tidak mendapatkan imunisasi dan rentan terhadap berbagai penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian vaksin.

3. Tidak bisa mengakses layanan pendidikan berkualitas

Tidak semua peserta didik dapat berpartisipasi dalam pembelajaran jarak jauh. Dukungan orang tua masih kurang yang tak lain karena juga fasilitas pendukung yang terbatas. Seperti laptop, ponsel pintar, dan paket data internet.

4. Terbatasnya dukungan bagi anak dengan disabilitas

Sekitar 1,11 persen anak usia 2-17 tahun di Indonesia hidup dengan disabilitas. Saat ini, akses mereka ke informasi dan panduan kesehatan tentang Covid-19 terbilang terbatas.

5. Kehilangan orang tua

Saat ini, data mencatat, 60 persen lebih kasus Covid-19 terjadi pada kelompok usia produktif (30-45 tahun). Di usia ini, umumnya orang di Indonesia telah menikah dan memiliki 1-3 anak.

Kondisi tersebut meningkatkan risiko bagi anak kehilangan orang tuanya yang terinfeksi, diisolasi, dan menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

6. Motivasi menurun dan rentan mendapat kekerasan

Motivasi belajar anak kian menurun dari waktu ke waktu selama masa pandemi. Selain itu, anak-anak juga sulit berkonsentrasi, bingung, susah tidur, stres, mudah lelah, dan kesepian.

Berdasarkan pemaparan orang tua, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya tugas yang harus dikerjakan dalam waktu sempit, metode belajar yang kurang menyenangkan, dan terbatasnya interaksi dengan teman.

Selain itu, kebijakan belajar dari rumah juga memberikan tantangan bagi orang tua. Dengan konsep tersebut, guru secara tidak langsung mendelegasikan perannya terhadap orang tua. Orang tua yang tidak terbiasa tentu akan kewalahan dengan perubahan pola pembelajaran baru ini.

Kondisi di atas, ditambah banyaknya orang tua yang mengalami tekanan psikologis juga rentan menimbulkan kekerasan pada anak di rumah.

7. Tinggal di kawasan rawan bencana

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, 60-70 persen mayoritas korban bencana di Indonesia merupakan kelompok anak, perempuan, dan lansia.

Oleh karena itu, penting untuk tetap meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana alam di tengah pandemi Covid-19. Rencana kesiapsiagaan-terutama untuk anak-harus ditetapkan.